Jumat, 20 Juli 2007

(Mengapa) Agama ditinggalkan Umat?

Ramadlan tahun ini seperti “mendekatkan” agama kepada konstituennya. Mengapa demikian, barangkali ini hanya rekaan industri media massa untuk kepentingan bisnisnya. Karena dalam realitasnya lembaga pendidikan yang dilabeli dengan kata “islam” atau menggunakan serapan bahasa arab seperti Madrsah Aliyah (MA), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Pesantren, Ma’had cenderung tidak diminati oleh kebanyakan siswa dan orang tua siswa. Bahkan cenderung ditempatkan sebagai sekolah kelas dua, setelah lembaga pendidikan umum seperti SMP, SMA dan SMK. Betulkah ini pertanda bahwa agama sudah tidak menarik lagi?
Banyak Madrasah Aliyah (MA), lebih-lebih yang swasta kian tidak mendapat murid. Sebuah pertanda bahwa dukungan publik terhadap Madrasah Aliyah kian mengecil. Akibatnya lembaga pendidikan islam kian tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dalam pasar global. Sederet alasan dapat disusun sebagai jawaban atas fenomena ini. Penelitian UNU selama ini menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang bangga sebagai siswa Madrasah Aliyah dan tidak yakin dapat bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan umum dalam persaingan untuk mendapatkan kerja atupun perguruan tinggi yang bermutu. Sementara lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang akan melanjutkan ke jenjang SLTA tidak berminat ke MA karena “takut” menemukan kesulitan dalam pembelajaran seperti bahasa arab dan mata pelajaran lain yang cenderung bernuansa kearab-aban, tanpa disadarkan tentang kegunaan dan manfaatnya.
Khalayak sendiri kadang ada yang tidak kenal dengan istilah Madrasah itu sendiri. Timbul pertanyaan mengapa harus dengan bahasa Arab kalau maksudnya untuk menyebut lembaga pendidikan islam sekelas SLTA. Ini memang pilihan ideologis, mengapa memilih MA yang nota bene adalah lembaga pendidikan untuk mengembangkan corak pendidikan islam. Hal yang naif adalah manakala masyarakat membandingkan antara Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas.

Tidak ada komentar: